Pada sesi kelima short courseNur Rahma Asri Saraswati selaku CMO Agradaya membahas tentang usaha sosial sebagai katalis pariwisata regeneratif. Sesi ini dimoderatori oleh Rendy Ega Pradhana, M.B.A., dosen Universitas Diponegoro. Asri memperkenalkan Agradaya Indonesia yang didirikan pada tahun 2017. Pada dasarnya, Agradaya Indonesia berdedikasi untuk memberdayakan komunitas pedesaan melalui pertanian berkelanjutan dan produksi rempah serta produk herbal berkualitas tinggi. Agradaya Indonesia bekerja sama erat dengan petani lokal dan menggunakan metode ramah lingkungan seperti Natural Agriculture, teknologi pengeringan Solar Dome, serta inisiatif penetapan harga yang adil. Produk Agradaya melayani berbagai sektor termasuk ritel, makanan, ekstraksi, dan farmasi, memposisikan perusahaan sebagai pemimpin dalam agribisnis yang etis dan regeneratif.

Asri menjelaskan peran usaha sosial berdasarkan pengalamannya. Ia membaginya menjadi tiga bagian yang disusun dalam bentuk piramida. Lapisan dasar adalah memastikan kearifan lokal, tradisi, dan sumber daya alam tetap menjadi pusat. Lapisan tengah??? agroforestri sebagai fondasi ekonomi dan keberlanjutan. Dan lapisan teratas??? pariwisata regeneratif. Selain itu, ia juga membahas jurnal yang dibacanya terkait “Agritourism As a Catalyst for Sustainable Rural Development” dan memberikan beberapa temuan kunci.

Kemudian, ia menjelaskan tentang pariwisata regeneratif dan aktivitasnya menurut pandangannya. Menurut pendapatnya, aktivitas utama masyarakat bergantung pada sumber daya alam yang tersedia, terutama di daerah dataran tinggi di mana berbagai tanaman ditanam bersama menggunakan metode tumpang sari. Tidak hanya itu, dengan menerapkan praktik berkelanjutan yang selaras dengan budaya dan kearifan lokal, pariwisata juga dapat mendatangkan penghasilan tambahan.

Sesi diskusi berlangsung sangat interaktif, menampilkan berbagai pertanyaan berwawasan yang memperkaya dialog. Peserta mengeksplorasi topik-topik seperti pentingnya mendirikan badan usaha di desa wisata untuk meningkatkan nilai tambah produk pertanian lokal, potensi industri pengolahan untuk memperkuat pariwisata regeneratif, serta bentuk dukungan yang dapat diberikan oleh pemerintah daerah dan pusat. Diskusi juga meluas ke perspektif global, menyentuh bagaimana inisiatif semacam ini dapat mempengaruhi generasi muda—khususnya Gen Z—dalam konteks pembangunan pedesaan yang berkelanjutan dan inklusif. Pertukaran gagasan ini mencerminkan beragam sudut pandang dan minat global yang tumbuh terhadap pariwisata regeneratif sebagai katalis pemberdayaan komunitas jangka panjang.

 

You cannot copy content of this page