Pada sesi ketujuh yang diselenggarakan tanggal 30, Magdalena Falter, PhD dari University of Ireland sebagai peneliti dan praktisi yang berbasis di Islandia dan Jerman memaparkan materinya dengan dimoderatori oleh Tita Alfaricha, M.B.A., dosen Universitas Diponegoro. Magdalena membahas kesenjangan yang terjadi antar pemangku kepentingan pariwisata. Kemudian, ia melanjutkan pembahasan mengenai Hacking Hekla. Pada dasarnya, Hacking Hekla merupakan acara kolaboratif di mana para peserta mengembangkan solusi berbasis teknologi kreatif dalam waktu singkat yang diselenggarakan di pedesaan Islandia. Acara ini bertujuan untuk mendorong inovasi digital sebagai alat pengembangan wilayah terpencil.
Di tengah sesi, Magdalena melibatkan peserta dalam aktivitas interaktif dengan membagi mereka ke dalam beberapa kelompok dan memberikan pertanyaan diskusi terkait materi yang telah disampaikan. Setiap kelompok yang terdiri dari peserta dari berbagai negara membahas topik seperti praktik baik dan buruk pariwisata regeneratif dari negara mereka, serta berbagi perspektif dan pengalaman dari konteks pariwisata yang berbeda. Keragaman sudut pandang ini menghasilkan diskusi yang kaya dan berwawasan mengenai bagaimana pendekatan regeneratif dapat diimplementasikan secara efektif sekaligus menghindari kesalahan umum. Setelahnya, setiap kelompok mempresentasikan kesimpulan mereka, dan Magdalena memberikan penjelasan serta refleksi tambahan untuk memperdalam pemahaman bersama.
Melalui penjelasan teoritis dan diskusi interaktif, peserta tidak hanya mendapatkan pemahaman yang lebih jelas mengenai pariwisata regeneratif dan dinamika pemangku kepentingan, tetapi juga mempelajari pendekatan digital inovatif untuk mempromosikan pembangunan berkelanjutan di daerah terpencil.

