Semarang, 6 Oktober 2025 — Kelompok Riset Strategi Bisnis Program Studi Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Diponegoro (UNDIP) berhasil menyelenggarakan kuliah umum daring bertajuk “Mengungkap Mitos ESG: Apakah Keberlanjutan Telah Dibajak?”. Acara ini menampilkan akademisi ternama internasional Prof. Charles H. Cho, PhD, CPA, dan didukung oleh pendanaan fakultas sebagai bagian dari strategi FISIP UNDIP untuk memperkuat keterlibatan akademik internasional serta wacana kritis mengenai isu-isu bisnis global yang mendesak.
Prof. Cho adalah Guru Besar Akuntansi Keberlanjutan dan Pemegang Jabatan Erivan K. Haub dalam Bisnis & Keberlanjutan di Schulich School of Business, York University, Kanada. Risetnya mencakup akuntansi keberlanjutan, pelaporan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), serta pengungkapan sosial dan lingkungan. Dengan publikasi di jurnal terkemuka seperti The Accounting Review dan Accounting, Organizations and Society, serta indeks-h Scopus 37, Prof. Cho diakui luas sebagai salah satu suara utama yang membentuk debat kontemporer tentang akuntabilitas perusahaan, tata kelola lingkungan, dan politik pengungkapan.
Kuliah umum ini dihadiri sekitar 70 peserta, termasuk dosen dan mahasiswa, melalui Zoom. Acara secara resmi dibuka oleh Dr. Teguh Yuwono, Dekan FISIP UNDIP, yang menekankan komitmen fakultas dalam menghadirkan perspektif global ke dalam diskusi akademik. Selain itu, Dr. Hari Susanta Nugraha, S.Sos., M.Si., Ketua Departemen Administrasi Bisnis, menyampaikan sambutan. Ia menekankan pentingnya mengintegrasikan perspektif kritis tentang keberlanjutan dan ESG ke dalam kurikulum dan agenda penelitian departemen, serta menyoroti peran strategis forum akademik dalam memperdalam keterlibatan intelektual.
Dalam kuliahnya, Prof. Cho menantang asumsi umum bahwa kerangka ESG (Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola) setara dengan keberlanjutan yang sesungguhnya. Ia berargumen bahwa ESG sering kali digunakan oleh perusahaan sebagai alat strategis untuk melindungi kepentingan bisnis, sambil memproyeksikan citra bertanggung jawab. Menurut Prof. Cho, “ESG sering kali bertindak sebagai plasebo sosial, yang menunda reformasi kebijakan yang benar-benar dibutuhkan.”
Ia menggambarkan bagaimana, meskipun pelaporan ESG semakin marak, banyak perusahaan dengan catatan lingkungan yang buruk justru melakukan pengungkapan ekstensif dan menggunakan bahasa yang optimis sebagai bentuk greenwashing—sebuah kedok yang membatasi potensi transformatif dari pelaporan keberlanjutan. Ia juga mengkaji gelombang sejarah penelitian akuntansi keberlanjutan, dengan memperingatkan bahwa standar pelaporan internasional yang baru, seperti yang ditetapkan oleh ISSB (International Sustainability Standards Board), berisiko menyempitkan keberlanjutan hanya pada materialitas yang berfokus pada investor, sehingga mengabaikan imperatif sosial dan ekologis yang lebih luas.
Kuliah umum ini juga menampilkan Dr. Andi Wijayanto sebagai pembahas, yang menyoroti pentingnya melibatkan wacana ESG secara kritis alih-alih mengadopsi narasi global secara pasif. Peserta mengajukan pertanyaan-pertanyaan mendalam tentang peran akuntan dalam keberlanjutan, praktik pelaporan perusahaan, serta implikasinya bagi penelitian di Indonesia.
Acara ini menegaskan kembali peran UNDIP sebagai wadah dialog akademik yang informatif secara global dan melibatkan secara kritis, khususnya di persimpangan bisnis, kebijakan, dan keberlanjutan.